Hangat, bersemangat, dan berpengetahuan luas. Itulah Rius (panggilan Gregorius) (27), seorang pria dibalik kesuksesan sebuah komunitas bernama Jaringan Mitra Perempuan Bandung (JMPB). Setiap pertanyaan yang diutarakan padanya dijawab dengan kata-kata yang meledak seperti popcorn di dalam otak dan membangkitkan semangat baru bagi orang yang mendengarnya.
Kepedulian terhadap nasib perempuanlah yang mengantarkan Rius kepada komunitas Jaringan Mitra Perempuan Bandung (JMPB). JMPB adalah sebuah komunitas adil dan setara gender yang terdiri dari orang-orang yang peduli akan terciptanya masyarakat yang berkeadilan dan berkesetaraan gender. Gerakan ini dimulai pada masa reformasi di tahun 1997 dimana para pendirinya menyuarakan keadilan akan Hak Asasi Manusia (HAM). Seiring dengan berjalannya waktu, terbentuklah spesifikasi dalam oraganisasi ini yaitu memperjuangkan hak kesetaraan gender untuk para perempuan. Misi dari JMPB adalah menciptakan masyarakat yang ber-Keadilan dan ber-Kesetaraan Gender (KKG) dan menjadikan isu kesetaraan gender menjadi sesuatu yang pantas untuk diperhatikan dan diperjuangkan dengan mengadakan diskusi, lokakarya, hari studi, pelatihan, dan kampanye-kampanye tentang kesetaraan gender.
Budaya patriarki nampaknya sudah mendarah daging pada jiwa masyarakat Indonesia, sehingga jejak langkah perempuan tak jarang dianggap tidak penting. Rius tidak pada awalnya tidak terlalu terusik dengan hal ini, sampai suatu saat sepupunya membawa kertas besar yang berisi silsilah keluarganya di sebuah pertemuan keluarga. Saat ia memperhatikan silsilah itu, ia tersadar bahwa semua nama di dalamnya adalah nama lelaki. Saat ia bertanya, ia mendapat jawaban yang mencengangkan dan menggugah hatinya, perempuan tidak pantas ditulis di silsillah keluarga karena perempuan dianggap tidak dapat meneruskan keturunan, yang dalam hal ini berkaitan dengan nama keluarga. Jadi, keluarga yang tidak mempunyai anak lelaki dianggap putus garis keturunannya.
”Contoh lainnya yang membuat saya terguncang adalah banyaknya perempuan yang mempunyai potensi besar di bidangnya mengalah untuk menjadi pemimpin karena merasa lelaki lebih pantas untuk memimpin daripada perempuan.”kata Rius dengan berapi-api.
Hal ini sering di bahas di dalam forum dan biasa disebut sindrom “pangeran berkuda putih” dan ‘putri dalam menara” dimana sang pangeran digambarkan superior, kuat, gagah, dan melindungi melindungi sang putri. Sementara putri digambarkan lemah, mudah disakiti, dan tergantung dengan sang pengeran. Anggapan itu sebenarnya salah. Sebenarnya putri bisa saja berkuda putih atau menjadi putri yang biasa-biasa saja, begitu pula sebaliknya dengan pangeran. Namun pada masyarakat dewasa ini, stereotip itulah yang sudah terbangun dengan pondasi yang amat kokoh.
Ia amat prihatin dengan keadilan dan kesetaraan gender yang sering sekali disalah artikan oleh masyarakat sebagai emansipasi wanita. Justru pada hakikatnya, emansipasi dan kesetaraan gender adalah suatu hal yang amat berbeda satu dengan yang lainnya. Kesetaraan gender adalah penyetaraan lelaki dan perempuan di posisi yang sama, sedangkan emansipasi biasanya malah menjerumuskan perempuan ke dalam sesuatu yang jauh dari setara.
Bungsu dari tiga bersaudara ini adalah seorang yang amat aktif. Selain JMP, ia juga tergabung dalam SIKLUS (Sinambung Kehidupan dalam Lingkaran Untuk Sesama), sebuah kelompok pengembangan diri dan biro pelatihan yang cakupan training kepada peserta dan pendidik, biasanya pesertanya berasal dari SMP, SMA, dan yang terakhir Sekolah Dasar cara pelatihannya belum dibakukan seperti tingkat atasnya yang sudah rutin dan mempunyai modul sendiri. Selain itu, Rius juga tergabung dalam Tim Tindak Lanjut Sidang Agung Gereja Katholik Indonesia yang menanggapi isu-isu kemasyarakatan, lingkungan hidup dan alam sekitar, ia juga sering mengadakan workshop-workshop kecil yang membahas tentang kepemimpinan dan organisasi.
Rius juga aktif sebagai pembicara di Pondok Kajian Humaniora (UNPAR), Komisi Kepemudaan Keuskupan Bandung dan beberapa organisasi keagamaan lainnya. Dari sekian banyak kegiatannya, ia masih bisa mengamalkan ilmunya di bidang managemen dengan menjadi akuntan di Cimahi Persada Developer.
Jejak langkah terbarunya adalah membuat petisi, dan berkampanye untuk memperjuangkan penghapusan RUU Pornografi yang dianggap merugikan kaum perempuan. Perempuan dianggap menjadi objek dan dipersalahkan.
Harapan Rius untuk masa depan JMPB adalah dapat menginfluence masyarakat agar dapat mengakui kesetaraan gender dengan memperluas ruang lingkup dan jejaring dari JMPB itu sendiri dan menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan berkesetaraan gender.